09.00

penerapan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) pada materi himpunan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar pada intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana guru melibatkan siswa agar terjadi proses belajar yang efektif untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa.
Pada proses pembelajaran matematika selama ini umumnya guru lebih mendominasi proses pembelajaran yaitu guru menyampaikan materi dengan metode ceramah sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini akan mematikan kreativitas siswa sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 15 mataram bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih rendah, walaupun ada sebagian kecil siswa yang aktif dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan sendiri konsep-konsep matematika yang ada. Kesempatan diskusi di kelas pun jarang dilakukan sehingga siswa kurang terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini menyebabkan matematika tidak menarik sehingga mengurangi antusias siswa untuk belajar matematika yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika SMP Negeri 15 diperoleh informasi bahwa nilai standar ketuntasan belajar matematika siswa adalah 60. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa nilai matematika siswa pada beberapa kelas VII semester I tahun pelajaran 2007/2008 masih berada di bawah nilai standar ketuntasan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1: Daftar nilai MID semester kelas VII semester I tahun pelajaran 2007/2008
No Kelas Nilai rata-rata kelas
1 VII.A 60,43
2 VII.B 61,76
3 VII.C 50,76
4 VII.D 47,61
(Sumber: Daftar nilai guru kelas VII SMPN 15 Mataram)
Berdasarkan data pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas VII.D adalah 47,61. Dari observasi awal yang dilakukan di kelas VII.D diketahui bahwa rendahnya prestasi belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kurangnya keaktifan siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Siswa malu bertanya pada guru walaupun ada materi yang belum dimengerti.
2. Kemampuan awal siswa yang masih rendah. Sebagian besar siswa kurang menguasai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
3. Kemampuan siswa untuk mengingat materi yang telah dipelajari masih kurang.
4. Kemampuan siswa dalam menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal masih sebatas kemampuan menerapkan rumus ke dalam penyelesaian soal persis seperti contoh yang telah diberikan oleh guru, sedangkan jika menghadapi aplikasi soal siswa masih mengalami kesulitan.
5. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru lebih mendominasi proses pembelajaran yaitu guru aktif menyampaikan materi kemudian memberikan contoh dan latihan sedangkan siswa duduk mendengar, mencatat, menghafal dan bekerja di tempat duduk masing-masing
Dari hasil observasi, juga terlihat adanya potensi siswa berpotensi aktif dalam pembelajaran matematika. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, lebih berpartisipasi serta mampu berinteraksi satu sama lain dalam pembelajaran. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat bagi guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project). Model pembelajaran MMP memberikan kesempatan kepada siswa dan guru secara bersama-sama proaktif di dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran MMP, guru sebagai fasilitator sedangkan siswa aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep, sehingga konsep tersebut mudah dipahami dan bertahan lama dalam ingatan siswa dan siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuaannya ke dalam pemecahan masalah. Setelah itu siswa secara kooperatif mengerjakan latihan-latihan, dimana di dalamnya siswa saling membantu dalam menguasai bahan ajar, karena siswa akan lebih percaya diri untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya latihan mandiri, dengan latihan mandiri, siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepahaman yang mereka miliki.
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan dalam pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 15 Mataram adalah himpunan. Materi himpunan merupakan salah satu materi yang memiliki konsep yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehinga memerlukan perencanaan yang baik yakni ketepatan pengunaan model yang dipilih oleh guru, agar siswa berperan aktif dan dapat menarik minat siswa. Penerapan model pembelajaran MMP menempatkan siswa tidak hanya menjadi objek semata tetapi juga menjadi subyek yang aktif baik dalam diskusi kelompok maupun melalui latihan mandiri. Untuk dapat berdiskusi dengan baik, siswa harus memiliki pengetahuan tentang materi yang akan didiskusikan. Sehubungan dengan itu, materi himpunan merupakan salah satu materi yang memiliki konsep berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa sudah memperoleh gambaran awal tentang materi yang akan dibahas sehingga memungkinkan siswa memiliki pengetahuan tentang materi yang akan didiskusikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menerapkan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15 mataram tahun pelajaran 2007/2008.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran MMP dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram tahun pelajaran 2007/2008?
2. Apakah penerapan model pembelajaran MMP dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram tahun pelajaran 2007/2008?






C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram tahun pelajaran 2007/2008 pada pembelajaran pokok bahasan himpunan melalui penerapan model pembelajaran MMP.
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram tahun pelajaran 2007/2008 pada pembelajaran pokok bahasan himpunan melalui penerapan model pembelajaran MMP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran MMP dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya, melatih siswa untuk mengemukakan pendapat, menambah motivasi belajar, pemahaman materi lebih mendalam, serta meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan model dan metode pembelajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak pengelola sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang mendukung sistim pembelajaran yang telah ada.

08.25

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar SiswaMelalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah mendasar dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Beberapa faktor penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut antara lain kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran, metode pengajaran yang mekanistik yang lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus, serta buruknya sistem penilaian (Depdiknas, 2004: 32)
Aspek penting dalam pengajaran matematika adalah agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakannya sebagai strategi untuk memecahkan berbagai masalah (Putman dalam Asmin, 2007: 3)
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan di Sekolah Menengah kelas XI pada pelajaran matematika adalah peluang. Ditinjau dari karakteristik materi, peluang merupakan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dibutuhkan pemahaman siswa terhadap konsep, penalaran, ketelitian kemampuan berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan pembelajaran materi peluang pada kelas XI IPS adalah agar siswa dapat menyusun dan menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi, dan agar siswa dapat menentukan banyak kemungkinan kejadian dari beberapa situasi (Depdiknas: 2003: 49). Peluang adalah materi dalam pelajaran matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep peluang dengan baik akan melatih siswa untuk lebih memahami kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan konsep peluang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika MAN 2 Mataram kelas XI, bahwa pada kelas XI telah dilakukan penjurusan kelas. Ada tiga penjurusan yaitu, XI IPA, XI IPS, dan XI Bahasa. Terdapat beberapa permasalahan akibat dari penjurusan kelas pada kelas XI IPS yakni:
(1) Apabila dibandingkan dengan kelas XI IPA, siswa kelas XI IPS lebih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika.
(2) Siswa pada umumnya mengambil jurusan IPS karena ingin menghindari mata pelajaran matematika yang mereka anggap sulit. Namun, sejak beberapa tahun yang lalu matematika pada jurusan IPS diikutsertakan pada ujian nasional, sehingga mata pelajaran matematika juga diajarkan pada jurusan IPS.
(3) Materi pelajaran matematika pada semester I kelas XI IPS membahas mengenai statistika dan peluang. Hal ini berarti bahwa, prestasi belajar siswa pada konsep peluang akan memberikan pengaruh yang besar pada prestasi belajar siswa secara keseluruhan semester I.
(4) Siswa dalam proses pembelajaran lebih sering bermain-main dan tidak berkonsentasi dalam belajar. Hal ini berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menerima pelajaran yang diberikan guru.
Informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) Siswa-siswa tersebut berasal sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama yang berbeda-beda, sehingga terdapat siswa yang tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir matematis.
(2) Penyajian materi yang kurang menarik menyebabkan siswa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa saat belajar rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
(3) Pembelajaran matematika di kelas masih bersifat mekanistik, dimana pembelajaran lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus.
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa pada pokok bahasan statistika yang mendahului pokok bahasan peluang, siswa tidak terlalu bermasalah, hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama. Selanjutnya, guru matematika kelas XI IPS menambahkan bahwa lebih sulit menjelaskan pokok bahasan peluang daripada statistika, karena karakteristik pokok bahasan peluang lebih kompleks.
Melihat karakteristik peluang dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang menjanjikan dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui pendekatan RME (Realistic Mathematic Education). Pada pandangan RME, dalam semua kasus, bahan ajar dimatematisasikan, dipengalamankan secara nyata untuk siswa. Hal ini tidak berarti bahwa RME selalu menggunakan masalah kehidupan yang nyata (Lange, 1987), tetapi juga dapat menggunakan hal-hal yang sudah dialami atau dipahami siswa atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar dalam Amin, 2004: 145). Salah satu prinsip yang dikembangkan dalam RME adalah bahwa pembelajaran tidak bermula dari proses formal. Prinsip ini cocok diterapkan pada kelas dimana pada proses pembelajaran siswa lebih banyak bermain-main dan kurang berkonsentrasi.
Pembelajaran dengan pendekatan RME dapat diterapkan pada pokok bahasan peluang karena memiliki cakupan materi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan RME diharapkan dapat membangun minat dan motivasi siswa dalam proses belajar. RME juga diharapkan dapat memudahkan guru untuk dapat menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat. Dengan demikian, materi yang dipelajari siswa akan lebih mudah dipahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI IPS 3 prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain, hal ini terlihat dari hasil ujian tengah semester yang telah dilakukan yakni kelas XI IPS 1 nilai rata-ratanya 71, 4, kelas XI IPS 2 nilai rata-ratanya 75, 1, XI IPS 3 rata-ratanya 68, 7. Penyebab hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 rendah adalah kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dalam proses pembelajaran lebih banyak bermain-main dan tidak berkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan belajar. Hal ini mendorong peneliti menggunakan kelas XI IPS 3 sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang diberi judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)”. Untuk selanjutnya, pada tulisan ini Realistic Mathematic Education akan disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR).

08.22

PENERAPAN PERMAINAN KARTU DOMINO SAINS (FISIKA) INI DI SD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar juga dapat mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran sains sebagai salah satu pelajaran dasar mengenai lingkungan alam sekitar baik itu benda hidup atau benda mati mempunyai peranan yang penting dalam membentuk pribadi dan intelektual anak (Depdiknas, 2001).
Mulyasa (2005) dalam Rokhmat (2006) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi selalu secara aktif berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pendidikan dan penelitian-penelitian keilmuan sehingga kuantitas informasi keilmuan atau sains semakin lama semakin besar. Di sisi lain, alokasi waktu belajar formal yang disediakan bagi siswa relatif tidak berubah dan ini menjadikan rasio jumlah informasi sains dan alokasi waktu menjadi tidak seimbang yaitu terlalu banyak materi sains yang harus dikuasai siswa dalam waktu yang relatif singkat (Mulyasa, 2005) dalam (Rokhmat, 2006).
Selanjutnya menurut Mulyasa, kebanyakan peserta didik kurang berminat untuk belajar terutama pada mata pelajaran yang mereka anggap sulit atau menyulitkan. Mata pelajaran sains adalah salah satu mata pelajaran yang mereka anggap sulit. Dan untuk menghilangkan asumsi tersebut perlu adanya kreativitas dari seorang guru terutama dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut, sehingga para peserta didik menjadi lebih tertarik dan dengan sendirinya ada dorongan internal untuk mempelajarinya.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sudah digunakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu pendekatan yang berbasis PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Menurut Mulyasa (2005), dalam Rokhmat (2006), menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, hendaknya tidak membatasi hanya pembelajaran klasikal yang dibatasi pada empat dinding kelas, tetapi proses pembelajaran dilakukan dengan variasi situasi, misalnya di laboratorium, halaman sekolah, kebun, dan sebagainya, bahkan strategi pembelajarannya pun perlu divariasikan untuk menghindari rasa jenuh siswa.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masa anak-anak adalah suatu masa yang tidak lepas dari ”bermain”. Suatu model pembelajaran yang ”serius”, tidak mudah untuk diterapkan pada masa kanak-kanak ini. Dalam satu hari, porsi waktu bagi anak-anak pada tahap ini lebih banyak digunakan untuk bermain. Ketika anak-anak berada di sekolah, mereka selalu mencari celah waktu untuk bermain karena hal ini sudah menjadi karakteristiknya (Rokhmat, 2006). Dan pada masa ini pula anak-anak yang berusia 7-11 tahun dikenal sebagai masa operasional konkret yang artinya anak-anak yang berusia 7-11 tahun baru dapat berpikir secara sistematis pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret (Syah, 1995: 72).
Berdasarkan pada rasionalisasi di atas, di sini peneliti melihat adanya potensi atau peluang dikembangkannya teknik permainan yang sifatnya mengarah pada keilmuan dan juga yang memenuhi syarat PAKEM yang akan digunakan sebagai media pembelajaran yaitu kartu domino sains (fisika) yang akan diterapkan di sekolah dasar khususnya kelas rendah.
Pemilihan sekolah dasar didasarkan atas pertimbangan bahwa secara psikologis, anak-anak sekolah dasar masih berada pada kondisi ”suka bermain”, sehingga pembelajaran yang divariasikan dengan permainan akan lebih disukai. Oleh karenanya pemilihan media pembelajaran yang berbasis permainan ini dirasa memiliki peluang dalam rangka upaya meningkatkan motivasi siswa di dalam belajar, karena di sini mereka ketika bermain pun dapat sambil belajar. Selain itu dengan teknik ini diharapkan waktu siswa dapat terpakai secara maksimal untuk belajar mengingat adanya ketidakseimbangan antara perkembangan sains dengan alokasi waktu belajar formal di sekolah seperti yang telah diutarakan di atas.

08.13

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI GETERAN DAN GELOMBANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses belajar mengajar pada intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana guru melibatkan siswa agar terjadi proses belajar yang efektif untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa.
Pada proses pembelajaran fisika selama ini umumnya guru lebih mendominasi proses pembelajaran yaitu guru menyampaikan materi dengan metode ceramah sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini akan mematikan kreativitas siswa sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru fisika MTs Assullmy Langko bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih rendah, walaupun ada sebagian kecil siswa yang aktif dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan sendiri konsep-konsep fisika yang ada. Kesempatan diskusi di kelas pun jarang dilakukan sehingga siswa kurang terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini menyebabkan pembelajaran fisika tidak menarik sehingga mengurangi antusias siswa untuk belajar fisika yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Dari observasi awal yang dilakukan di kelas VIII.A diketahui bahwa rendahnya prestasi belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) kurangnya keaktifan siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Siswa malu bertanya pada guru walaupun ada materi yang belum dimengerti, (2) interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sangat kurang, (3) kemampuan siswa untuk mengingat materi yang telah dipelajari masih kurang, (4) kemampuan siswa dalam menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal masih sebatas kemampuan menerapkan rumus ke dalam penyelesaian soal persis seperti contoh yang telah diberikan oleh guru, sedangkan jika menghadapi aplikasi soal siswa masih mengalami kesulitan, dan (5) dalam menyampaikan materi pelajaran guru lebih mendominasi proses pembelajaran yaitu guru aktif menyampaikan materi kemudian memberikan contoh dan latihan sedangkan siswa duduk mendengar, mencatat, menghafal dan bekerja di tempat duduk masing-masing.
Dari hasil observasi, juga terlihat adanya potensi siswa berpotensi aktif dalam pembelajaran fisika. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, lebih berpartisipasi serta mampu berinteraksi satu sama lain dalam pembelajaran. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat bagi guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), guru sebagai fasilitator sedangkan siswa aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep, sehingga konsep tersebut mudah dipahami dan bertahan lama dalam ingatan siswa dan siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuaannya ke dalam pemecahan masalah. Setelah itu siswa secara kooperatif berdiskusi tentang konsep-konsep yang mereka dapatkan, dimana di dalamnya siswa saling membantu dalam menguasai bahan ajar, karena siswa akan lebih percaya diri untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam pembelajaran fisika, peneliti bekerja sama dengan guru fisika kelas VIII.A MTs Assullamy Langko mencoba menerapkan model model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada materi getaran dan gelombang untuk meningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.A MTs Assullamy Langko Tahun Pelajaran 2009/2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.A pada materi pokok getaran dan gelombang di MTs Assullamy Langko Lingsar tahun pelajaran 2009/2010?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas VIIIA MTs Assullamy Langko pada materi pokok getaran dan gelombang tahun pelajaran 2009/2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan bisa menambah informasi, wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang peningkatan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) .
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, untuk melatih kemampuan belajar mandiri siswa, merangang kemampuan berpikir siswa dalam pemecahan masalah serta untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa pada pelajaran fisika khususnya pada materi pokok getaran dan gelombang.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.
4. Bagi peneliti sebagai dasar dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
(lihat lebih lengkap)