URGENSI DAN SRATEGI KONSTRUKSI PENCAPAIAN GENERASI QUR’ANI YANG KUAT DAN AMANAH
KAFILAH
KECAMATAN BATULANTEH
2008
KECAMATAN BATULANTEH
2008
Bapak Dewan Hakim Yang Kami Hormati
Hadirin Yang berbahagia
Sesuai dengan ruh pelaksanaan MTQ ,yang telah menjadi agenda rutinitas tahunan kita, maka pada kesempatan ini kami mencoba kembali menyampaikan pen syarahan dengan judul “Urgensi dan Strategi Konstruksi Pencapaian Generasi Qur’ani Yang Kuat dan Amanah” dengan iringan harapan bahwa sebuah generasi pilihan beridentitaskan Al-Qur’an, benar-benar terlahir sebagai power dalam menegakkan Agama,Nusa dan bangsa, sehingga ummat islam bisa merewin masa-masa keemasan dan kejayaannya seperti dimasa silam.
Sebagai dasar pijakan kami dalam mengawali syarahan ini, berikut kita dengarkan firman Allah Swt, yang tertera dalam surat Al-Qashas ayat 26 berikut ini:
Artinya : Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata: “wahai Ayahku jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya”
Bapak Dewan Hakim Yang Kami Hormati
Hadirin Yang Berbahagia
Telah menjadi konsensus universal yang tak terbantahkan dikalangan kaum muslimin dan merupakan salah satu bagian dari aqidah fundamental yang harus diyakini bahwa al-qur’an adalah kitab suci wahyu ilahi yang memuat catatan-catatan norma hukum keagamaan serta tata nilai spiritual. Moral dan sosial yang harus dianut dan dijadikan acuan atau rujukan berbuat dan bertindak dalam seluruh segmen kehidupan baik dalam konteks Hablumminallah maupun Hablumminannas. Artinya bahwa keseluruhan performance seorang muslim haruslah senantiasa senapas atau senada dengan nilai-nilai qur’aniyah.
Ketika ajaran-ajaran Al-qur’an terjewantah secara paripurna dalam gaya dan karya seseorang, maka tak diragukan lagi akan tercipta suatu struktur masyarakat berpradaban Al-qur’an yang memiliki komitmen tinggih menegakkan dan mengibarkan panji-panji kebenaran hakiki serta menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sejati, sehingga nuansa kehidupan surgawi yang bertaburka kenikmatan, kasih sayang berikut dengan segala romantismenya, bukanlah sebuah patamorgana melainkan realitas yang benar-benar dinikmati.
Inilah model kehidupan yang dicita-citakan tentunya, dan harus disadari ini akan terwujud apabila figur-figur generasi qur’ani yaitu generasi pilihan yang menjadikan Al-qur’an hiasan kepribadian, berperan sebagai actor utama diatas panggung kehidupan ini. Laksana apa yang telah dipentaskan dengan elegan oleh generasi utama ummat ini yaitu para sahabat dan salafussoleh dengan segudang prestasi duniawi dan ukhrawi yang telah mewarnai lembaran sejarah kehidupan ummat manusia selama beberapa abad.
Dari ayat 26 surat Al Qoshas diatas, kita mendapatkan satu pemahaman yang cukup jelas, tentang sosok atau profil generasi Qur’ani yang pada dirinya melekat akhlaqul karimah sebagai identitas kepribadiannya. Dua ciri yang nampak sangat menonjol yaitu kuat dan amanah. Seorang muslim dituntut memiliki fisik dan psikis yang kuat lagi amanah sebagaimana sosok yang diperankan Nabi Musa As, sehingga ia dipilih menjadi seorang yang diberikan otoritas dan kredebilitas memanaj kekayaan yang dimiliki Nabi Syuaib As. Itulah sebabnya Nabi SAW memperingatkan kita dalam sabdanya :
Artinya : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah”.
Dewan hakim yang mulia
Hadirin yang berbahagia.
Ungkapan kuat yang tertera pada ayat diatas dapat dipahami dari dua perspektif yaitu : pertama kuat dalam arti fisik/jasadiyah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita membutuhkan kondisi fisik yang kuat dan sehat. Sebab ini merupakan modal utama kita, dalam rangka menjalani tugas dan fungsi kekhalifahan kita dimuka bumi yaitu bekerja mengatur dan mengelolah segala potensi sumber daya alam secara maksimal yang memang telah dikaruniakan oleh Allah Swt untuk kepentingan kehidupan ummat manusia. Untuk hal itu kita harus melakukan upaya penataan dan pembentukan jasadiyah secara syar’iyah. Salah satu cara yang bisa dilaskukan adalah mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak hanya memiliki kadar nilai kesehatan tinggi atau bergizi, tapi juga mempunyai lisensi atau sertifikasi halal yang dalam terminologi Al Qur’an disebut ‘halalan toyyiban’ [halal lagi baik]. Dalam Al Qur’an, surah Al Baqarah ayat 168 Allah menjelaskan hal ini’;
Artinya ;Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi,dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan.sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu.k edua,kuat dalam arti pyskis/ruhiyah.
Konstruksi fisik atau stamina yang prima semata, sesungguhnya belum cukup menjadi unsur permanen yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan berada pada tingkatan kesempurnaan. Sebab manusia sendiri tercipta dari dua dimensi yaitu fisik dan pyskis. Karena itu membangun keduanya secara simultan adalah sebuah kebutuhan, bahkan menempa jiwa yang tangguh justru harus mendapat attensi/perhatian atau porsi lebih, karena jiwalah yang dijadikan ukuran kualitas kemanusiaan dihadapan allah swt. Rasulullah Saw bersabda :
”Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hatimu dan perbuatanmu”.
Menata pilar bangunan jiwa yang kokoh sudah barang tentu memrlukan usaha maksimal dan kontinyu, serta membutuhkan kesabaran penuh. Mengingat implikasinya baru bisa tercapai setelah melewati masa penantian yang cukup panjang, bila dibandingkan dengan pembangunan fisik yang relatif hasilnya dapat lebih cepat disaksikan. Untuk membangun jiwa yang kuat, dapat dilakukan dengan optimalissasi kerja spritualitas dan moralitas secara intens.
Keistiqomahan dalam kerja spiritual ini, akan melahirkan sebuah kematangan dan kekuatan jiwa yang tak tergoyahkan,betapapun derasnya gelombang yang hendak menenggelamkan kita kelembah kemungkaran. Dan pada akhirnya akan tumbuh dalam diri konsistensi sikap, akhlak dan sifat-sifat mulia diantaranya adalah amanah.Amanah merupakan sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw, sehingga orang-orang quraisy memberinya gelar al amin, sebuah gelar yang belum perna disandang oleh siapapun sebelumnya dan sesudahnya sampai akhir zaman. Dengan sifat amanah yang melekat pada dirinya, Rasulullah saw berhasil menciptakan suatu tatanan kehidupan yang berperadaban Al Qur’an, dengan masyarakat yang religius memiliki iman dan taqwa yang kuat dan mantap, dalam rangkulan atmosfer baldatun toyyibartun warobbun gofur. Demikianlah jika pribadi-pribadi qur’ani seperti sosok Rasulullah Saw. Menjadi penghuni alam raya ini, maka dunia akan menjadi aman, kehidupan akan tentram, keadilan dalam segala bentuk aturan akan dirasakan, hubungan persaudaraan berjalan penuh kedamaian sehingga kenikmatan dan pertolongan allah akan datang mewarnai kehidupan. Allah menjelaskan hal ini sebagaimana termaktub dalam surat Al-A’raf ayat 96 sebagai berikut :
Artinya: ”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang berbahagia
Apabila karakter seperti ini tercermin dari setiap personal kaum muslimin, bisa dipastikan kualitas kehidupan ummat islam akan meningkat, derajat dan martabat akan terangkat, sikap akan memikat dan kemajuan yang ditorehkanpun akan berjalan pesat. Dengan demikian ummat islam tidak lagi dijadikan bulan-bulanan yang boleh diperlakukan semaunya oleh ummat-ummat lain akibat jati dirinya telah hilang.
Dewasa ini kita menyaksikan keadaan manusia semakin menunjukkan peyorasi yang cukup signifikan. Secara umum hampir dalam setiap segi kehidupan ummat, secara khusus dalam segi moralitas dan akhlak yang bobrok semakin menunjukkan persentase angka yang memprihatinkan yang pula berpangkal pada kekuatan ‘agama’ seseorang itu sendiri.Spesifikasi utama lebih lanjut dapat kita amati, generasi-generasi islam yang nota bene diharapkan dapat meneruskan syiar islam kian masa semakin menampakkan fakta-fakta menyedihkan, yang ditandai dengan semakin buruknya perilaku keseharian mereka. Meninggalkan perintah-perintah dan ajaran-ajaran agama seakan menjadi kebiasaan, memprioritaskan kehidupan duniawi dalam setiap dimensi kehidupan seolah dinilai sebagai suatu hal yang tidak perlu diambil pusing, pun menganggap agama hanya sekedar pelengkap mulai menunjukkan gejala yang sangat berbahaya dengan sejuta peluang yang semakin bermunculan bak jamur dimusim hujan.Tidaklah mengherankan jika kemudian saat ini ummat islam berada dibawah dominasi dan prestasi ummat lain,karena memang kita sudah kehilangan ruh berislam secara kaffah, bahkan tanpa sadar kita telah secara sistematis terperangkap atau terkontaminasi dalam sebuah lingkaran kehidupan yang dengan perlahan tapi pasti mengeliminasi nilai-nilai islam dan Qur’an. Tidakkah kita khawatir dengan fakta-fakta riil yang mulai berusaha memainkan peran, berlomba dan berpacu dengan waktu dalam kancah pengaruh global yang terasa kian mencekam.
Oleh karena itu, menanggapi permasalahan-permasalahan keummatan yang begitu konfleks, seperti yang telah dideskripsikan diatas, kami ingin menawarkan pola-pola pendekatan ataupun trik-trik yang dapat kita coba penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dimana kami mencoba memoidifikasi dan mengkolaborasi metode-metode yang sudah ada dengan ide-ide pokok lain yang berkembang seiring perkembangan zaman diantaranya sebagai berikut:
Penanaman Nilai-Nilai Dasar Keimanan
Ini dapat dilakukan semenjak manusia dilahirkan kedunia ini,yaitu dengan menghembuskan alunan suara adzan ditelinganya.Dengan demikian kalimat yang pertama kali didengar dan merasuk kedalam relung jiwa adalah kalimat-kalimat suci berisi mengenai ajaran tauhid ilallah.Sebagaimana apa yang dicontohkan oleh Luqman al Hakim dalam surah luqman ayat 13 berikut ;
Artinya ;Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya,ketika dia memberi pelajaran kepadanya,’Wahai anakku,janganlah engkau mempersekutukan Allah,sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar kezaliman yang besar.
2. Didikan keluarga yang berbasis islami.
Keluarga atau rumah tangga adalah tempat pertama memberikan dan menanamkan beragam pelajaran kehidupan yang belum kita ketahui sebelum kita dapat berintraksi keluar dengan berbagai figur manusia yang beragam. Karena itu hendaknya keluarga atau rumah tangga di fungsikan sebagai arena terindah bagi anggota-anggotanya untuk ladang persemaeian amal, ruang muhasabah, dan tempat berbagi suka dan duka. Adakah tempat terindah bagi seorang muslim sejati selain keluarga dan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah yang berlandaskan Al Quran dan berkepribadian Al Qur’an.
3. Membekali generasi muda dengan pendidikan islam yang mapan.
Generasi muda sebagai harapan masa depan perlu dibentuk karakternya dengan pendidikan berbasis islami agar di kemudian hari mereka tumbuh sebagai generasi-generasi yang mencintai islam sebagai agamanya dan alqur an sebagai kitab sucinya.
4. kalangan orang tua menjadi suri tauladan.
Tauladan positif dari orang tua akan memberikan corak dan warna tersendiri bagi seorang anak.karena itu orang tua hendaknya mengedepankan nilai-nilai keislaman sebab orang tua dalam islam dapat dikatakan sebagai faktor utama pembentukkan pribadi-pribadi tiap ruh manusia yang ada di muka bumi ini.
Bapak dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang berbahagia
Demikian manajemen konstruksi yang kami paparkan di atas,di harapkan dapat melengkapi metode-metode yang sudah ada atau sedikit tidak dapat memberi sumbangsi moril,suport,dan sugestion bagi para generasi-generasi setiap masa,khususnya generasi sekarang ini,agar selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam urusan dunia dan akhirat ( be the best in word living and akhirat living) juga menjadi generasi yang tidak menutup mata dan hati akan kenyataan yang ada di hadapan kita tentang kehidupan dan kondisi umat isalam,serta tidak terdidik menjadi generasi islam yang lembek dan manja.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
0 komentar:
Posting Komentar