MEMBEDAH PERANAN SIGNIFIKAN SHALAT DALAM MEREDAM GELOMBANG KEJAHATAN DAN KEMUNGKARAN
TEKS MUSABAQAH SYARHIL QUR’AN (MSQ)
TINGKAT KABUPATEN SUMBAWA XX
DI KECAMATAN MOYO HILIR
KAFILAH KEC.BATULANTEH
2008
Bapak Dewan Hakim Yang Kami Hormati,
Hadirin Yang Berbahagia.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, itulah alunan pujian dan pujaan kehadirat Allah SWT yang layak disenandungkan sebagai manifestasi rasa syukur yang mendalam sekaligus ucapan pembukaan uraian pensyarahan kami di hari yang indah ini.
Untaian sholawat dan salam kekaguman dan ketakziman sebagai perwujudan kecintaan kita kepada baginda junjungan alam, pembawa pelita kebenaran, penebar lentera keselamatan, pengibar risalah kedamaian dan keadilan sejagat Muhammad Rasulullah SAW. hendaklah menjadi wirid yang senantiasa mengalun merdu dari setiap kita kaum muslimin.
Dewan Hakim Yang Kami Hormati,
Hadirin Yang Berbahagia.
Melalui moment Musabaqoh Al-Qur’an ini perkenankan kami mengetengahkan sebuah pensyarahan yang berjudul “Membedah Peranan Signifikan Sholat dalam Meredam Gelombang Kejahatan dan Kemungkaran”.
Sebagai titik tolak materi syarahan ini sejenak marilah kita simak gema wahyu ilahi yang tertera jelas dalam surat Al-Ankabut ayat 45 berikut ini:
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada mu, yaitu Al-Qur’an dan dirikan sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat), lebih besar keutamaanya dari ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Bapak Dewan Juri Yang Kami Hormati.
Hadirin yang Berbahagia.
Ayat di atas memberikan penjelasan yang cukup terang tentang betapa shalat sesungguhnya menyimpan muatan kekuatan pencegahan efektiff menghalau gulungan Kejahatan yang kerap kali datang mengeksploitasi kesakralan fitrah kemanusiaan. Karenanya bisa dipahami jika kemudian shalat menjadi kewajiban keagamaan mutlak bagi setiap muslim.
Shalat adalah satu bentuk ibadah ritual transendental yang dapat memberikan nuansa tersendiri terhadap sikap dan prilaku pelakunya. Disyariatkannya shalat adalah dalam upaya pembentukan manusia bermartabat yang senantiasa berjalan diatas rel-rel kemanusiaan. Pencapaian ketenangan dan mencegah kemungkaran begitulah ekses rohaniah atau titik final yang diharapkan terpancar dari nilai-nilai individual dan sosial ibadah sholat dalam menyinari gerak langkah para pelakunya.
Shalat merupakan sistem hidup, cara pembinaan dan pola edukasi yang paripurna meliputi kebutuhan fisik, psykis dan hati. Itulah sebabnya Rasulullah Saw, manakala ditimpah suatu persoalan atau mengharap sesuatu, beliau segera membawa jiwa dan raganya tenggelam dalam samudera indahnya shalat menuju kepada Allah SWT, beliau melakukan itu karena memang shalat yang paling mungkin dijadikan terminal jiwa yang teduh, untuk mengadu kepada Dzat yang maha tahu dari berbagai prolematika yang dihadapi.
Shalat adalah jendela solusi untuk semua bentuk kesulitan dan masalah yang datang menerepa. Bercemin kepada Rasullah SAW bahwa shalat bagi beliau adalah kesenangan dan kenikmatan. Ia merupakan permata hati, pelipur lara, dan penghapus duka, tempat kembali dan tumpangan menuju Allah dari berbagai kebigungan, kesedihan, kesusahan dan kesesakan hingga ia merasakan adanya bantuan yang datang dari Allah, Rabb yang menguasai langit dan bumi.
Dewan hakim yang kami hormati,
Hadirin yang ber bahagia
Adalah sejatinya orang muslim, bahwa shalat yang dilakukannya hendaklah dapat meredam laju gerakan perbuatan - perbuatan yang sekiranya memungkinkan dirinya terjerumus kelembah kemakziatan dan kemungkaran. Shalat seharusnya menjadi kekuatan tangguh penghalau seseorang agar tidak terbuai oleh kelap-kelip gemerlapnya kehidupan syaitoniyah yang dikemas indah nan menawan, namun hakikatnya menyimpan muatan kebusukan dan keburukan akan masa depan kehidupan moral dan spiritual seseorang.
Dalam kapasitas sebagai pribadi muslim dan elemen masyarakat bangsa yang religius, perlu kiranya kita melakukan penyadaran diri, melalui proses koreksi dan introspeksi diri, mengapa fenomena-fenomena kemungkaran masih terus survive menghiasi sebagian sisi kehidupan di negeri ini, bahkan kian hari semakin nampak terang dalam sosoknya yang vulgar dan transparan mewarnai gelanggang kehidupan komunitas warga yang nota bene mayoritasnya beridentitas muslim. Kini beragam makziat kian menari asyik di sekeliling kita. Di sana sini beragam penyimpangan dari yang tersembunyi hingga kasat mata makin tak malu menampakkan jati dirinya atau bahkan kitalah yang menjadi salah satu pemainnya, yang jelas sangat mugkin suatu kali kita pernah menjadi aktor dari lakon tersebut. Karena memang kebaikan dan keburukan menjadi tinta sejoli yang selalu tak alpa dalam memoles tiap relung dan cela jati diri anak manusia. Sebuah persolan besar yang menuntut jawaban dari kita semua ummat muslim negeri ini,
Sebagai bangsa yang sedang bangkit dari keterpurukan dan krisis multi dimensional serta dalam memperbaiki dan menata kembali elemen kehidupan yang porak poranda, mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, memerangii kemiskinan dan kebodohan serta dalam proses memecahkan kompleksitas permasalahan secara komprehensif menuju masa depan bangsa yang jaya dan mandiri, maka perlu orang-orang yang pribadinya tertata apik oleh nilai sholat yaitu ‘Tanha anil fahsya wal mungkar’.
Dewan hakim yang kami hormati.
Hadirin yang berbahagia
Semestinya ummat islam harus mampu mentranspormasikan nilai-nilai sholat dalam realitas kehidupan sosial, sehingga tercipta suatu bentuk tatanan kehidupan aman, nyaman dan tentunya steril dari noda-noda hitam kejahatan. Nampaknya inilah yang menjadi titik sentrum pemicu lahirnya persoalan-persoalan keummatan yang berakibat negatif bagi diri dan juga orang lain.Ternyata sholat yang dilakukan sesungguhnya baru berada pada tataran aktifitas ritualitas rutinitas, namun belum menyentuh titik kualitas yang mampu memantulkan implikasi positif dan konstruktif dalam pembentukan karakter dan performancenya.
Bapak dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang berbahagia
Dalam upaya menjadikan sholat berkualitas, diperlukan adanya kiat-kiat khusus baik secara lahiriah maupun batiniah. Berikut beberapa resep ampuh sebagaimana dikemukakan Imam Ghazali dalam buah karyanya yang sangat populer yaitu kitab Ihya Ulumudin. Pertama, Khudhurul Qalbi atau menghadirkan jiwa, yakni pada saat kita melaksanakan sholat maka konsentrasi kita harus terfokus pada satu titik yaitu menghadap Allah yang kita sembah dan mengesampingkan persoalan duniawi jangan sampai kita masuk dalam kategori orang sholat tetapi masih celaka, seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Ma’un: 4-5:
Artinya : “Maka celakalah orang-orang yang shalat,yaitu orang-orang yang lalai terhadap sholatnya”.
Kedua, At tafahum. Artinya menghayati apa saja yang di kerjakan dalam sholat, baik berupa bacaan maupun pekerjaan anggota badan lainya karena didalamnya terkandung pernyataan kesiapan janji kepasrahaan secara total kepada Allah Swt, fokus ingatan hanya kepada allah SWT.
Allah berfirman : ( S,Taha :14) :
Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU”.
Ketiga, At Ta‘zhim, Artinya sikap mengagungkan Allah sebagi tuhan yang disembahnya, serta menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah manusia yang sangat lemah dihadapan sang khaliknya.
Keempat, Al Haibah, yakni rasa takut yang sesungguhnya kepada Allah SWT, bila tuhan maha kuasa, perkasa yang sangat pedih siksa-Nya yang bisah berbuat apa saja menurut kehendak—Nya.
Kelima, Ar Raja’, yakni harapan untuk mendapatkan rahmat dari ridho allah SWT dialah tuhan yang maha pengasih dan maha penyanyang.
Keenam, Al Haya’ yakni rasa malu kepada Allah SWT, karena apa yang disembahkan, kepadanya belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang di berikan kepadanya.
Bapak dewan hakim yang kami hormati.
Hadirin yang berbahagia.
Kita harus senantiasa berusaha secara kontinyu dan maksimal untuk menghayati sepenuhnya makna yang dikerjakan dalam sholat, sehingga secara gradual kita dapat memadukan antara ibadah ritual dengan nilai-nilai yang terkandung didalam shalat, yang selanjutnya akan terbias merefleksi dalam prilaku sosial. Mari kita renungi sejenak sabda Nabi Saw berikut ini :
Artinya ;Barang siapa yang sholatnya tidak mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar, maka dalam pandangan Allah dia tidak mendapat tambahan apa-apa dari sholatnya itu, melainkan kebencian dan semakin jauh dari-Nya.
Kita tentunya senantiasa mendambakan ketenangan, kesimbangan, ketentraman, baik dalam konteks kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan social kemasyarakatan. Maka kita jualah yang harus menilai untuk berusaha melangkah dan berikhtiar mewujudkannya tampak harus menunggu orang lain melakukannya. Dan sebagai langkah awal adalah dengan menghayati serta menjiwai ibadah yang kita laksanakan. Dari sana nantinya akan tumbuh kesadaran kolektif antar sesama yang berujung pada terciptanya masyarakat religius baik secara spiritual, moral maupun sosial dalam kehidupan yang kita didambakan bersama.
Demikianlah, yang dapat kami sajikan di kesempatan ini, mudah-mudahan dapat menjadi penyejuk jiwa, penerang bathin, penentram hati.
Amin ya robbal alamin.
0 komentar:
Posting Komentar